MAKALAH
Instruemen Laboratorium
“Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas instrumen laboratorium”
Dosen
Pengampu :
Ade Cyintia Pritasari, S.Pd.,
M.Pd
Penyusun
kelompok 3:
1.
Nurul Qomariyah
|
(170611100086)
|
2.
Murihatun Nafhah
|
(170611100100)
|
3.
Lutfi Nurul Laila
|
(170611100096)
|
4.
Noviyatul Qoriah
|
(170611100093)
|
5.
Moch. Rifa’i
|
(170611100106)
|
6.
Vindy Indrayani
|
(170611100094)
|
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan puji
syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah
– Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “instrumen laboratorium” ini kami susun dengan
semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah yang berjudul “instrumen laboratorium” ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian serta dapat menambah pengetahuan
kita semua.
Bangkalan,
15 Februari 2020
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang......................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3.Tujuan...................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.Definisi Laboratorium.......................................................................
2.2.Fungsi Laboratorium.........................................................................
2.3.Penggunaan Laboratorium.................................................................
2.4.Pengelolaan Laboratorium.................................................................
2.5.Instrumen Laboratorium.............................................................
BAB
III PENUTUP
3.1.Kesimpulan.......................................................................................
3.2.Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Dalam sistem pendidikan
sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk mengembangkan ketrampilan
ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati, bereksperimen, dan menyimpulkan data yang
telah ada. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah
laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan
Perguruan Tinggi yang mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan,
seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu
pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam
bidang sains di Perguruan Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa
melakukan pembuktian antara teori yang didapatkan dengan realita yang
sebenarnya. Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan
laboratorium. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium perlu
dikelola secara baik untuk kelancaran proses belajar melajar mengajar dan
perkuliahan.
b.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Pengertian Laboratorium?
2. Bagaimana
Fungsi Laboratorium?
3. Bagaimana
Penggunaan Laboratorium?
4. Bagaimana
Pengelolaan Laboratorium?
5. Bagaimana
Instrumen Laboratorium?
c.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Tentang Definisi Laboratorium
2. Untuk
Mengetahui Tentang Fungsi
Laboratorium
3. Untuk
Mengetahui Tentang Penggunaan
Laboratorium
4. Untuk
Mengetahui Tentang Pengelolaan
Laboratorium
5. Untuk
Mengetahui Tentang Instrumen
Laboratorium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Laboratorium
Laboratorium yang sering disingkat “lab” adalah tempat dilakukannya riset
(penelitian) ilmiah, eksperimen (percobaan), pengukuran, ataupun pelatihan
ilmiah. Pada umumnya, laboratorium dirancang untuk memungkinkan dilakukannya
kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya
dibedakan menurut disiplin ilmunya seperti laboratorium fisika, laboratorium
kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa.
Dengan kata lain, laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang
melakukan berbagai macam kegiatan penelitian (riset) pengamatan, pelatihan, dan
pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai
macam disiplin ilmu. Pembelajaran atau riset-riset pengembangan ilmu tersebut
dilakukan terhadap berbagai macam ilmu yang telah dikenal sebelumnya, atau
terhadap ilmu yang baru dikenal. Pada dasarnya secara fisik laboratorium juga
dapat merujuk pada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
2.2 Fungsi
Laboratorium
Laboratorium sebagai tempat kegiatan riset, penelitian,
percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi. Berikut
ini beberapa fungsi laboratorium yang paling utama:
1.
Menyeimbangkan
antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik.
Laboratorium adalah tempat untuk menguji sebuah teori sehingga akan dapat
menunjang pelajaran teori yang telah diterima secara langsung. Dalam konteks
itu, keduanya akan saling melengkapi, yaitu teori akan menjadi pijakan (dasar)
praktik dan penelitian, sedangkan penelitian akan menguatkan argumentasi teori.
2.
Memberikan
keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan siswa,
mahasiswa, dosen atau pun peneliti lainnya. Hal ini disebabkan laboratorium
tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji, tetapi juga menuntut
seseorang untuk melakukan sebuah eksperimentasi.
3.
Memberikan
dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari pembelajar, peserta
didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan lainnya) untuk mencari
hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
4.
Menambahkan
keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang
tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah
sesuai dengan berbagai macam riset atau pun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5.
Memupuk
rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan sehingga
akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan
cara penelitian, uji coba, maupun eksperimentasi. Hal ini dapat memupuk sikap
ilmiah mereka sebagai calon-calon ilmuwan masa di masa depan.
6.
Laboratorium
dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam keterampilan
yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja
di laboratorium. Artinya, orang yang menemukan kebenaran ilmiah dalam
penelitian di laboratorium akan lebih percaya diri dengan kebenaran tersebut
karena telah melewati proses ilmiah yang sangat ketat, teliti, dan objektif
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila
banyak orang yang menjadikan laboratorium sebagai proses akhir pengujian sebuah
kebenaran.
7.
Laboratorium
dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah melalui kegiatan
praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah
yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan dengan uji
laboratorium.
8.
Laboratorium
dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, aktivis,
peneliti, dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang masih
bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata. Hal
ini akan sangat berguna bagi individu-individu yang taraf berpikirnya normatif
sehingga dapat mengarahkan mereka kepada hal-hal yang lebih konkret (nyata).
Oleh karena itu, laboratorium sebenarnya menekankan perhatian terhadap ranah
koginitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif yang tentunya sangat
diperlukan oleh setiap orang.
2.3 Penggunaan
Laboratorium
Menentukan
Tata Tertib Laboratorium IPA
1.
Setiap peserta kegiatan penelitian di
laboratorium IPA tidak diperkenankan masuk atau keluar dari ruangan
laboratorium tanpa adanya guru atau pembimbing di dalam ruangan laboratorium.
Hal ini untuk mengantisipasikan hal0hal yang tidak diinginkan, seperti beberapa
hal berikut ini:
a. Pemakaian
peralatan laboratorium IPA secara serampangan sehingga menimbulkan kerusakan.
b. Keluar
dari ruangan dengan pekerjaan yang belum selesai, atau meninggalkan beberapa
peralatan yang masih belum dimatikan seperti komputer, dan lain-lain.
2.
Para peserta kegiatan di laboratorium
IPA harus melaksanakan kegiatan penelitian, pratikum, uji coba, dan lain-lain
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Memasuki
dan keluar dari ruangan laboratorium IPA dengan waktu yang telah ditentukan.
Bagi peserta yang terlanbat datang lebih dari 15 menit, tidak diperbolehkan
masuk ke ruangan laboratorium IPA.
b. Menaati
petunjuk guru pembimbing dalam melakukan percobaan, memakai alat, meneliti,
serta menyimpulkan kegiatan penelitian di laboratorium.
3.
Para peserta hanya diperbolehkan
menggunakan ata dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian.
Di luar hal tersebut, para peserta tidak diperkenangkan menggunakan alat lain
karena setiap alat memiliki spesifikasi terhadap satu kegiatan dan dilandasi
penjelasan khususnya.
4.
Para peserta kegiatan di laboratorium
IPA diwajibkan untuk membersihkan dan menyimpan alat setelah digunakan ke
tempat semula agar tidak hilang dan tidak rujak.
5.
Para peserta kegiatan di laboratorium
IPA harus mempergunakan alat-alat laboratorium sebagai mana petunjuk yang
diberikan
6.
Para perserta harus menggunakan alat
yang memilkiketerkaitan antara materi, metode, dan alat peraga atau praktik.
Dalam hal ini, para guru atau pembimbing harus menjelaskan dan mengarahkan
mereka sehingga tidak akan terjadi kesalahan ketika mempergunakan alat.
7.
Sebelum mempergunakaan alat-alat
laboratorium IPA, terlebih dahulu para peserta harus mengenal karakteristik dan
mampu masing-masing alat peraga untuk menghindari kerusakan dan kesalah pahaman
peserta terhadap fungsi alat yang di gunakan.
8.
Para peserta diwajibkan utuk melakukan
pendekatan multimedia. Maksudnya adalah, ketika menggunakan sebuah alat, par
sisw ( peserta penelitian) dituntut untuk menyimpulkan dari berbagai macam
sudut pandang, sehingga akan muncul kesimpulan yang komprehensif kegiatan
menonton.
9.
Para peerta diwajibkan untuk menggunakan
jenis sarana yang hanya berhubungan dengan kegiatan praktik.
10. Para
peserta yang mengikuti kegiatan di laboratorium IPA harus melakukan persiapan
yang cukup sebelum terjun langsung di ruang laboratorium. Hal ini dimaksudkan
untuk memperlancar dan memudahkan kegiatan.
11. Para
peserta harus menggunakan alat peraga atau praktik yang merupakan bagian
integral dalam pembelajaran. Dengan kata lain, jika sebuah peralatan tidak
memilik urgensi sama sekali meskipun berhubungan dengan kegiatan maka sebaiknya
tidak dipergunakana demi menghemat waktu dan biaya.
12. Ketika melakukan kegiata di laboratorium IPA
para siswa atau peserta diwajibkan untuk aktif. Artinya, ketiak kegiatan
berlangsung, mereka dialarang untuk sekadar menjadi partisipasi, hanya
berpangku tangan, atau hanya sekadar mendengarkan penejlasan guru pembimbing
tanpa melibatkan diri sedikitpun.
13. Para
peserta kegiatan di laboratorium IPA diwajibkan untuk ikut bertanggung jawab
dalam hal-hal seperti kerusakan alat-alat laboratorium IPA. Dengan kata lain,
jika terjadi kerusakan alat-alat laboratorium IPA yang disebabkan oleh unsur kesengajaan
peserta, maka ia harus menggantinya dengan mekanisme ditentukan kemudian.
14. Para
peserta diwajibkan untuk mengunakan alat-alat laboratorium IPA dengan hati-hati
dan diusahakan sebaik mungkin agar terhindar dari kerusakan atau pun
kecelakaan. Salin itu, mereka juga harus menggunakan alat-alat dengan serius
karena penggunaan alat peraga/peraktik bukan seabagai selingan.
15. Para
peserta keiatan di laboratorium IPA diwajibkan untuk melakukan tindakan (sikap)
jika mengalami masalah ketika menggunakan alat praktik. Sikap dan tidakan yang
dimaksud adalah sebagai berikutb:
a. Melaporkan
kepada guru pembimbing atau petugas mengenai kerusakan alat yang digunakannya.
b. Menyakan
permasalahan yang terjadi kepada pembimbing yang berada diruangan laboratorium
IPA secara langsung sehingga akan muncul upaya penanganan.
c. Memberikan
sanksi kepada para pesserta (siswa) yang melanggar ketentuan laboratorium IPA,
baik sanksi secara lisan maupun sanksi dengan tindakan tegas.
16. Para
peserta kegiatan di laboratorium IPA harus menjaga kebersihan sebaik mungkin.
Penekanan disiplin ini dapat dilakukan dengan cara-cara seabagai berikut :
a. Peserta
harus membuang sampah ke tempat (bak) sampah yang telah disediakan di ruang
laboratorium.
b. Tidak
boleh mengotori lantai, meja, dan papan tulis yang ada di ruang laboratorium.
17. Para
peserta kegiatan laboratorium IPA dilarang membawa benda-benda yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan kegiatan yang diikuti sepeerti berikut ini :
a. Membawa
buku pelajaran lain ke ruang laboratorium.
b. Mengaktifkan
HP.
c. Membawa
senjata tajam
d. Membawa
makanan ringan
e. Membawa
laptop yang sama sekali tidak akan dipergunakan di ruang laboratorium IPA,
kecuali akan dipergunakan dan hal itu atas persetujuan guru pembimbing.
18. Para
peserta kegiatan di laboratorium IPA harus berhati-hati dan waspada terhadap
kemungkinan terjadi bahaya ketika menggunakan peralatan laboratorium, seperti
berikut :
a. Terjadi
kebakaran akibat arus listrik yang digunakan ketika mengoperasikan alat.
b. Kran
bocor/ saluran mampet.
c. Alat
rusak akibat kurang hati-hati sehingga menimbulkan mudbarat pada penggunaannya.
d. Bahan-bahan
penelitian yang tumpah akibat sikap dan tindakan yang sembrono (sembarangan).
19. Para
peserta kegiatan di laboratorium IPA harus mengikuti praktik dengan kondusif.
Adapun yang dimaksud dengan kondusif diwujudkan seabagaimna berikut :
a. Suasana
tenang dan teratur sehingga memunculkan kenyamanan dan konsentrasi pada yang
lain.
b. Tidak
menggunakan aktivitas di ruangan lain atau kelompok lain yang juga sedang
melakukan penelitian.
c. Berbicara
dan sikap secara santun sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dalam ruangan
laboratorium.
d. Tidak
bercanda atau bergurau secara berlebihan dengan peserta yang lain.
20. Para
peserta harus mematuhi tata cara berpakaian di ruangan laboratorium IPA,
miasalnya :
a. Menggunakan
baju jas laboratorium (jika ada) ketika melakukan penelitian atau pun percobaan
b. Tidak memakai celana yang terlalu ketat atau
yang compang-compang.
c. Tidak
menggunakan baju atau kaos yag menampakkan organisasi politik tertentu.
2.4 Pengelolaan
Laboratorium
a.
Dasar-dasar
Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan
laboratorium tentu saja bukan semata-mata ditujukan untuk tujuan-tujuan
komersial. Pada umumnya, pengelolaan laboratorium didasarkan terhadap beberapa
hal pokok yaitu:
1. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan para
penggunanya dalam berbagai macam kegiatan praktik.
2. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang untuk dapat melatih kemampuan menyusun dan menganalisis hasil
pengamatan, yang kemudian dilanjutkan untuk menafsirkan hasil pengamatan.
3. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang untuk dapat melatih kemampuan membuat simpulan logis.
4. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang untuk dapat melatih kemampuan mengkomunikasikan hasil kegiatan
praktik.
5. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang untuk dapat melatih keterampilan merancang kegiatan praktik dan
melaksanakannya.
6. Laboratorium harus dikelola dan
dirancang secara fleksibel serta tidak menekan siapa saja yang terlibat di
dalamnya.
b.
Unsur Pokok dalam Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan laboratorium sebagai fasilitas atau sebagai
tempat yang digunakan untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis,
pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya (dengan menggunakan alat bantu
yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai) mengacu pada unsur pokok tertentu.
Unsur
tersebut menjadi dasar peningkatan dan pengembangan laboratorium sebagai fungsi
pengelolaan. Tujuannya tidak lain adalah lebih meningkatkan hasil penelitian terhadap
masyarakat, serta kemampuannya sebagai income geberating unit (produk lembaga
pendidikan sebagai sekolah maupun perguruan tinggi, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas). Ada enam unsur pokok dalam pengelolaan laboratorium yaitu:
1. Perencanaan
(planning)
Pengelolaan
Laboratorium tanpa adanya perencanaan akan berjalan tanpa visi dan misi yang
jelas. Tanpa sebuah perencanaan, laboratorium hanya akan berjalan ditempat dan
tidak akan tumbuh dan berkemvang. Tanpa adanya Sebuah perencanaan yang matang
terhadap pengelolaan laboratorium (baik yang berkaitan dengan aplikasi teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian dan sebagainya),
maka laboratorium bisa diibaratkan sebagai suatu organisme yang hanya
menjalankan metabolisme basal. Dengan kata lain, segala aktifitas di
laboratorium tidak terarah dalam hal pertumbuhan dan perkembangan alias mandul
dalam produktivitas penelitian. Dampak buruknya, semua kegiatan aplikasi teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, dan penelitian yang
dilakukan di laboratorium akan selalu berjalan secara insidental (dadakan).
Adapun perencanaan laboratorium ditujukan agar:
a.
Mengatur
segala kegiatan yang diselenggarakan di laboratorium yang terdiri dari
penelitian, uji coba (eksperimentasi), aplikasi teori di laboratorium,
pengujian teori, dan lain sebagainya.
b.
Menentukan
indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan.
Selain
itu, perencanaan juga ditujukan untuk beberapa kegiatan penting di
laboratorium, diantaranya:
1.
Pelayanan
prkatikum
2.
Penelitian
3.
Pengadaan
peralatan
4.
Pengadaan
Kebutuhan Bahan
5.
Optimalisasi
sumber daya, baik dari sisi tenaga pengajar, pembimbing, para ahli maupun para
peserta penelitian.
6.
Mencari
sumber-sumber dana untuk kemandirian laboratorium dan maintenance.
Selain
itu, dalam merencanakan kegiatan di laboratorium adala beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu:
a)
Perencanaan
kegiatan laboratorium harus bisa dijamin adanya tenaga atau pengelola
laboratorium yang mampu melaksanakan perencanaan tersebut.
b)
Perencanaan
kegiatan harus berhubungan erat dengan jenis laboratorium yang dikelola.
c)
Apabila
konsep perencanaan kegiatan laboratorium tidak memiliki tenaga yang akan
mengoperasikannya, maka bisa dilakukan training yang relevan dengan perencanaan
tersebut.
2. Pengaturan
(Organizing)
Pengaturan
merupakan upaya untuk menjalankan kegiatan laboratorium sebagaimana fungsinya
sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh semua pihak. Pengaturan laboratorium
mencakup dua hal pokok yaitu:
a.
Setting
secara fisik
b.
Regulating
(suatu pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk
terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja di laboratorium).
Setting
merupakan suatu kegiatan pengaturan tata letak dan penataan laboratorium, yang
mencakup penempatan peralatan dan bahan-bahan laboratorium. Ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium ketika melakukan
dan menentukan setting laboratorium:
1)
Keselamatan
2)
Efektivitas
dan efisiensi
3)
Kemudahan
pengawasan
3. Regulating
Pada
dasarnya semua orang diberikan kebebasan untuk bekerja di laboratorium. Namun
demikian, agar kebebasan ini tidak mengganggu orang lain harus ada seperangkat
aturan yang mengatur kegiatan di laboratorium. Aturan-atauran tersebut
merupakan guide line yang dapat berupa perangkat formal atau normatif saat kita
bekerja di laboratorium. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Struktur
organisasi
2.
Job
description
3.
Diagram
alur
4.
Penjadwalan
5.
Tata tertib
6.
Prosedur
penggunaan alat
7.
Petunjuk
praktikum
8.
Prosedur
keselamatan kerja
4. Pencatatan (Administrating)
Unsur ini
sangat penting, sebab pencatatan atau pengadministrasian merupakan proses
pendokumentasian seluruh komponen fisik laboratorium. Proses ini mencakup
kegiatan mendaftar semua fasilitas, alat, dan bahan yang ada berdasarkan
kategori tertentu (sesuai dengan peraturan yang berlaku). Adapun fungsi
pencatatan pada pengelolaan laboratorium adalah:
a.
Dapat
memberikan informasi yang cepat,tepat, dan akurat mengenai kondisi atau kedaan
laboratorium secara keseluruhan.
b.
Dapat
digunakan sebagai baha perencanaan dan
pengembangan
c.
Dapat
menunjang peningkatan kerja sama dengan laboratorium lain.
d.
Dapat
menjadi pencegahan kehilangan atau penyalahgunaan karena semua peralatan dan
bahan laboratorium telah tercatat dibuku khusus sehingga mudah dikontrol setiap
saat.
e.
Dapat
membina kegiatan laboratorium (penelitian, eksperimentasi, uji coba, praktikum)
yang lebih baik dan teratur.
Pencatatan
dibutuhkan dalam pengelolaan laboratorium dan harus ada dalam manajemen
pengelolaan laboratorium. Catatan ini biasanya dibuat dalam bentuk kartu alat.
Kartu alat merupakan data spesifikasi alat, prosedur penggunaan, catatan
pemakaian, dan riwayat service atau perbaikan kerusakan serta keberadaan suku
cadang consumable part. Dengan pengelolaan administrasi bahan yang baik, kita
dapat menghindari kemungkinan dari pembelian ulang bahan yang sama.
5. Pemeliharaan (maintenance)
Unsur ini
adalah upaya yang harus dilakukan oleh para pengelola laboratorium secara terus
menerus dengan mengupayakan agar laboratorium dapat berfungsi dengan baik.
Unsur pemeliharaan dalam pengelolaan laboratorium adalah hal yang sangat
penting artinya dan sangat diperlukan. Para pengelola laboratorium dapat
melakukan pemeliharaan secara periodik, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap
beberapa hal pokok misalnya:
1.
Seluruh
utility ruangan
2.
Listrik
3.
Gas
4.
Pemadam
kebakaran
5.
Detektor
6.
Kondisi
alat laboratorium serta aksesorinya.
Unsur
pemeliharaan dalam pengelolaan laboratorium menuntut agar para pengelola
memeriksa semua peralatan dalam fungsi normal dan akurasinya. Selain itu,
pengelola laboratorium perlu melakukan penggantian suku cadang terhadap
komponen yang telah rusak.
6. Pengawasan
Unsur ini
sangat penting artinya dalam pengelolaan laboratorium karena kemungkinan
terjadinya kecelakaan di laboratorium sangatlah besar. Kecelakaan yang terjadi
di laboratorium merupakan kejadian yang sifatnya diluar kemauan atau kemampuan
para pengelola laboratorium, termasuk juga para peneliti di laboratorium.
Secara garis besar, kecelakaan di laboratorium dapat bersumber dari beberapa
alasan pokok sebagaimana disebutkan dibawah ini (Koesmadji, et. al. 2000).
1.
Kekurangan
pengetahuan dan pemahaman para peneliti atau individu-individu yang mengikuti
kegiatan di laboratorium mengenai bahan kimia, proses-proses yang berlangsung
didalamnya, serta perlengkapanatau peralatan yang digunakan dalam melakukan
kegiatan laboratorium.
2.
Kurang
jelasnya petunjuk laboratorium.
3.
Kurangnya
bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan laboratorium. Faktor ini muncul
karena beberapa hal berikut:
Ø Laboratorium tidak memiliki tenaga ahli atau
pembimbing yang memadai.
Ø Para pengelola terlalu mempercayai
penggunaan laboratorium secara mandiri pada para pesrta tanpa adanya bimbingan
dan pengawasan yang ketat.
Ø Pengawasan dilakukan dengan
serampangan (tidak serius) sehingga membuka celah bagi terjadinya kecelakaan.
4.
Kurang
tersedianya peralatan keamanan dan karena pengguna laboratorium tidak menggunakan
perlengkapan pelindung.
5.
Para
pengguna laboratorium tidak mengikuti petunjuk dan aturan yang semestinya
ditaati.
6.
Para
penghuna laboratorium dan pembimbing bekerja diluar kesadaran dan tidak
hati-hati dalam melakukan kegiatan laboratorium.
7.
Para
pengguna laboratorium menggunakan peralatan yang tidak sesuai atau rusak.
8.
Khususnya
untuk laboratorium kimia, kemungkinan kecelakaan yang terjadi adalah ketika
bekerja dengan perangkat spesifik atau bahan kimia. Berkaitan dengan bahan
kimia yang berpotensi menimbulkan kecelakaan (beracun, reaktif dan mudah
meledak, asam atau basa kuat).
Pengelolaan
laboratorium dalam pengertian kuratif adalah tindakan pertolongan pertama
terhadap kecelakaan laboratorium yang terjadi untuk menghindari bahaya lebih
lanjut. Prosedur penanganan kecelakaan laboratorium juga tergantung pada jenis
kecelakaannya. Penanganan kecelakaan juga memerlukan keterampilan khusus dari
seorang pengelola laboratorium. Oleh karena itu, para pengelola laboratorium
perlu mengadakan pelatihan dengan mengundang instruktur yang ahli di bidang
kajian laboratorium yang dikelolanya.
7.
Pendanaan
(Funding)
Kegiatan
laboratorium tidak akan berjalan lancar, efektif, dan efisien tanpa diiringi
dengan pendanaan yang baik dan terperinci, sekalipun laboratorium tersebut
memilki persediaan keuangan yang sangat besar (banyak). Pengelola laboratorium
harus dapat mengelola keuangan laboratorium berdasarkan dua pokok, yaitu
kebutuhan laboratorium dan skala prioritas laboratorium. Cara paling mudah bagi
pengelola laboratorium untuk mendapatkan sumber pembiayaan laboratorium
biasanya berasal dari beberapa sumber yaitu :
2.
Biaya
praktikum yang dipungut dari setiap peserta.
3.
Uang
pendaftaran bagi setiap orang yang ingin belajar atau melakukan uji coba atau
penelitian di laboratorium.
4.
Sponsor
yang memiliki kepentingan teehadap penelitian yang diadakan di laboratorium.
5.
Anggaran
khusus dari lembaga yang menaungi laboratorium. Misalnya, jika sebuah
laboratorium berada dalam naungan perguruan tinggi, maka perguruan tinggi
tersebut tentu harus menyediakan anggaran khusus untuk pengembangan
laboratorium.
c.
Gambaran tata ruang laboratorium yang perlu diperhatikan
Terdapat
beberapa hal pokok yang harus diperhatikan ketika menata ruang laboratorium
1.
Tidak
terletak searah dengan arah angin.
Hal ini sangat
penting diperhatikan agar siapa saja yang berada dalam ruangan tidak terganggu
ketika melakukan aktivitas. Arah mata angin atau ke mana angin bertiup akan
mempengaruhi aktivitas di ruang laboratorium. Angin dapat membawa debu, membawa
asap dari luar ruangan laboratorium, atau membawa aroma tidak sedap dari luar
ruangan laboratorium sehingga hal-hal tersebut dikhawatirkan akan menghambat
aktivitas di dalam laboratorium.
2.
Jarak
terhadap sumber air
Ruang laboratorium
harus diusahakan dekat dengan sumber air, misalnya, kamar mandi, wastafel, atau
WC. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena keberadaan sumber air akan
sangat membantu kelancaran kegiatan di laboratorium. Bahkan, khusus untuk laboratorium
kesehatan, akan lebih baik jika ruang laboratorium dekat dengan sungai karena
sering kali apa yang diuji di dalam laboratorium akan berkaitan dengan
“keberasaan” air sungai. Misalnya, pengujian tentang air bersih di laboratorium
(pencemaran air).
3.
Saluran
pembuangan
Maksudnya adalah
penataan ruang laboratorium harus memperhatikan saluran pembuangan, baik yang
berasal dari ruang/gedung laboratorium maupun dari luar. Pada umumnya, saluran
pembuangan dapat menimbulkan polusi udara yang cukup serius sehingga
dikhawatirkan akan mengganggu aktivitas di laboratorium. Pasalnya, saluran
pembuangan adalah saluran untuk membuang sisa-sisa dari bahan-bahan yang sudah
diolah dan diproses, seperti sisa-sisa sampah, sisa pembakaran mesin (asap),
limbah pabrik, dan lain sebagainya.
Selain itu, yang
harus diingat adalah saluran pembuangan yang berasal dari luar laboratorium.
Ada beberapa jenis laboratorium yang juga menghasilkan pembuangan. Misalnya,
laboratorium kesehatan yang kerap meneliti tentang sampah. Sisa-sisa sampah
yang diteliti tentu harus dibuang melalui saluran khusus. Jika saluran tersebut
tidak ditempatkan pada tempat yang strategis, maka bisa mengganggu kelancaran
aktivitas di laboratorium.
Oleh karena itu,
desain saluran pembuangan harus dirancang untuk menyalurkan barang-barang sisa
ke tempat yang aman bagi laboratorium dan pengguna laboratorium. Barang-barang
pembuangan biasanya beracun dan berbahaya sehingga saluran pembuangan harus
jauh dari ruang laboratorium. Dengan kata lain, saluran pembuangan tidak boleh
berdekatan, melewati ruangan, atau berdekatan dengan ruang laboratorium.
4.
Jarak
dengan gedung lain.
Pertimbangan jarak
jauh dan dekat tentu didasarkan pada urgensi dari gedung lain tersebut.
Misalnya, jika gedung lain yang dimaksud adalah gedung yang banyak mengeluarkan
suara bising seperti gedung sekolah, gedung musik, atau gedung pertemuan, maka
sebaiknya ruang laboratorium dibangun agak jauh dari gedung-gedung tersebut.
Tetapi, jika gedung
lain yang dimaksud tidak memberikan gangguan sama sekali pada ruang
laboratorium, bahkan memiliki urgensi khusus pada laboratorium, maka sebaiknya
ruang laboratorium dibangun dengan jarak dekat dengan gedung tersebut.
Misalnya, laboratorium kesehatan yang sebaiknya dibangun berjarak dekat dengan
gedung rumah sakit atau laboratorium industri yang dibangun di dekat pabrik.
5.
Mudah
dikontrol
Penataan ruang
laboratorium sebaiknya juga mempertimbangkan efektivitas kontrol. Ruang
laboratorium yang baik adalah ruang yang mudah dikontrol, baik oleh manajer
laboratorium, pengawas, maupun yang lain. Di laboratorium terdapat beberapa
peralatan yang berharga sehingga dikhawatirkan terjadi tindak kejahatan. Oleh
karena itu sebaiknya laboratorium dibangung dekat dengan ruang manajer agar
mudah terkontrol.
6.
Luas
ruangan per personel
Ruang laboratorium
hraus didesain sesuai dengan daya tampung yang diinginkan. Jangan sampai
laboratorium penuh dengan berbagai peralatan laboratorium, namun tidak mampu
menampung pengguna sesuai dengan jumlah peralatan sehingga pengguna tidak bisa
bergerak dengan leluasa.
Misalnya, sebuah
laboratorium komputer memiliki 50 unit komputer, namun jarak antara satu
komputer dengan komputer lainnya sangat pendek. Hal ini tentu akan sangat
mengganggu efektivitas penggunaan dan penggunanya. Oleh karena itu, sebaiknya
ukuran luas ruang laboratorium disesuaikan dengan jumlah penggunanya dan
diselaraskan dengan jumlah peralatan yang ada di dalamnya.
7.
Terdapat
ventilasi (jendela) yang bisa terbuka lebar dan mengarah keluar
Ruang laboratorium
yang representatif tentu tidak bisa lepas dari keberadaan ventilasi (jendela).
Fungsi ventilasi di ruang laboratorium bukan hanya sebagai celah tempat
pergantian udara di laboratorium. Tetapi, ventilasi juga berperan penting untuk
menghilangkan rasa gerah/penat bagi para pengguna laboratorium saat tengah
beraktivitas di dalamnya. Selain itu, fungsi ventilasi lain yang tidak kalah
pentingnya adalah sebagai penetralisir suara di dalam ruangan.
8.
Lantai
rata dan tidak licin
Lantai harus
diperhatikan juga pada saat menata ruangan laboratorium. Lantai laboratoorium
harus rata dan tidak licin agar tidak mengganggu aktivitas di dalam
laboratorium.
2.5 Instrumen
Laboratorium.
Peralatan dasar yang dibutuhkan untuk laboratorium biologi sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA,
antara lain: 1) mikroskop siswa, 2) gelas preparat, dan cover gelasnya, 3)
preparat awetan (mikroskopis dan makroskopis), 4) alat peraga tubuh lengkap dan
organ-organnya, 5) alat-alat gelas (seperti erlenmeyer, backer, cawan, gelas
piala, gelas ukur, dll.), 6) kaca pembesar, dan 7) buku identifikasi dan
klasifikasi.
Sedangkan peralatan dasar yang dibutuhkan untuk laboratorium kimia yang
melayani preparasi sampel meliputi: 1) rak pengering, 2) oven pengering, 3)
penghalus sampel, 4) kompresor, 5) kipas penghembus, 6) saringan, dan 7) rak
penyimpan sampel.
a.
Instrumen Labortorium Kimia dan Biologi
No
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Gelas ukur
|
|
sebagai alat untuk
mengukur volume larutan, mulai dari volume 10 Ml hingga 2L.
|
2.
|
Tabung reaksi
|
|
untuk mencampur,
menampung dan memanaskan bahan-bahan kimia cair atau padat, utamanya untuk
uji kualitatif.
|
3.
|
Labu erlenmeyer
|
|
untuk mencampur,
mengukur dan menyimpan cairan.
|
4.
|
Labu ukur
|
|
Untuk mengencerkan
larutan hingga mencapai volume tertentu dan untuk menyisakan larutan kimia
analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi tinggi.
|
5.
|
Oven pengering
|
|
Untuk mengeringkan
alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam
keadaan basah.
|
6.
|
Saringan
|
|
untuk mengetahui
distribusi ukuran agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
ukuran-ukuran saringan standard tertentu yang ditunjukkan dengan lubang
saringan (mm).
|
7.
|
Rak penyimpanan
sampel
|
|
untuk menyimpan
sampel.
|
8.
|
Kipas penghembus
|
|
Untuk meningkatkan kecepatan,
tekanan atau elevasi ketinggian fluida
|
9.
|
Kompresor
|
|
Untuk memampatkan
udara atau gas
|
10.
|
Rak pengering
|
|
Untuk mengeringkan
gelas laboratorium.
|
11.
|
Mortal dan alu
|
|
Untuk menghancurkan
atau menghaluskan suatu bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal
|
12.
|
Pipet tetes
|
|
untuk memindahkan
volume cairan yang telah terukur dan dapat memindahkan cairan dalam jumlah
yang sangat kecil yaitu berupa tetesan.
|
13.
|
Gelas beker atau
gelas piala
|
|
Fungsi gelas beaker
atau gelas piala adalah sebagai alat penampung
|
14.
|
Pipet ukur
|
|
untuk memindahkan
larutan secara terukur sesuai dengan volume. Pada pipet ini juga terdapat
skala yang menunjukan volume tersebut.
|
15.
|
Kaki tiga
|
|
sebagai penahan kawat
kasa dan penyangga ketika proses pemanasan
|
16.
|
Rak tabung reaksi
|
|
sebagai tempat
penyimpanan tabung reaksi, mengeringkan dan menjaga tabung reaksi agar tidak
berjamur.
|
17.
|
Plat tetes
|
|
sebagai penguji
keasaman suatu larutan atau mereaksikan larutan.
|
18.
|
Kawat kasa
|
|
untuk menahan beaker
atau labu ketika proses pemanasan menggunakan pemanas bunsen/pemanas spirtus.
|
19.
|
Spatula plastik dan
logam
|
|
untuk mengambil bahan
kimia bentuk padatan atau kristal.
|
20.
|
Kondensor
|
|
untuk mendinginkan
cairan panas dan mengembunkan uap.
|
21.
|
Batang pengaduk
|
|
untuk mencampur
cairan dengan bahan kimia untuk praktek di laboratorium.
|
b.
Instrumen Labortorium Fisika
No
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Mistar
|
|
Fungsi mistar adalah
untuk mengukur panjang suatu benda.
|
2.
|
Jangka Sorong
|
|
untuk mengukur bagian
luar suatu benda dengan cara mengapitnya, mengukur bagian dalam dari suatu
benda, mengukur kedalaman suatu benda.
|
3.
|
Micrometer sekrup
|
|
untuk mengukubur
ketebalan diameter luar suatu logam, mengukur jarak dua titik yang sangat
dekat.
|
4.
|
Termometer
|
|
Fungsi dari
termometer adalah untuk mengukur suhu.
|
5.
|
Neraca pegas
|
|
Fungsi neraca pegas
adalah untuk menentukan massa benda.
|
6.
|
Amperemeter
|
|
Fungsi amperemeter
adalah untuk mengukur kuat arus listrik.
|
7.
|
kabel penghubung
|
|
fungsi kabel
penghubung adalah untuk penghubung agar arus bisa mengalir dalam rangkaian.
|
8.
|
Cermin cekung
|
|
Fungsi cermin cekung adalah utuk membentuk
bayangan diperbesar
|
9.
|
Cermin cembung
|
|
Fungsi cermin cembung
adalah untuk membentuk bayangan yang diperkecil.
|
10.
|
Cermin datar
|
|
Fungsi cermin datar
adalah untuk membentu k
bayangan dan memantulkan cahaya.
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Laboratorium merupakan suatu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan peneliti
dalam melakukan suatu penelitian (pengamatan), pelatihan dan juga pengujian
ilmiah sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan atau melakukan suatu
pembuktian.
Dari definisi laboratorium tersebut, tentunya laboratorium memiliki banyak
fungsi, salah satunya dalam dunia pendidikan yaitu sebagai tempat untuk
melakukan pembuktian antara teori dan praktek. Selain itu juga dapat mengasah
keterampilan peneliti dalam menggunakan alat-alat dalam melakukan penelitian.
Selain itu masih banyak fungsi-fungsi lain dari laboratorium.
Cara penggunaan laboratorium salah satunya yaitu dengan membuat tata tertib
yang dapat digunakan dalam suatu laboratorium agar laboratorium dapat digunakan
dengan baik dan sebagai mana mestinya.
Selain mengenai penggunaan laboratorium, hal yang tidak kalah penting adaah
bagaimana pengelolaan laboratorium. Terdapat 6 unsur dalam pengelolaan
laboratorium yaitu meliputi 1) Perencanaan
(planning), 2) Pengaturan (Organizing), 3) Regulating, 4) Pencatatan
(Administrating), 5) Pemeliharaan (maintenance), 6) Pengawasan.
Di dalam laboratorium sendiri tentunya
terdapat benayak alat-alat yang dapat digunakan untuk penelitian, baik
alat-alat untuk penelitian fsika, kimia, atau pun biologi. Salah satu contohnya
yaitu tabung reaksi, kabel, plat tetes, mistar dan lainnya.
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Decaprio, Richard.
2013. Tips Mengelola Laboratorium
Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.
Munandar, kukuh.
2016. Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi
Sekolah. Bandung: Redika Aditama